Tidak sedikit pasangan yang berani mengambil risiko bercinta saat si wanitanya sedang haid. Padahal berhubungan seks di masa-masa wanita menstruasi bisa berbahaya. Apa saja yang perlu diwaspadai?
Spesialis Onkologi di Jakarta Consultation Center, Prof. Dr. Li Yuan Zhong mengatakan ada tiga hal yang harus diwaspadai jika melakukan hubungan seks saat wanita sedang menstruasi, yaitu:
1. Endometriosis
Saat melakukan hubungan suami istri, wanita akan mengalami orgasme dan pada saat itu rahim akan berkontraksi yang menyebabkan darah kotor dari menstruasi bisa masuk ke dalam perut melalui saluran telur. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya endometriosis pada tubuh wanita.
2. Infeksi
Hubungan suami istri biasanya akan menimbulkan luka dan endometriumnya mengalami peluruhan, darah menstruasi atau sperma yang tidak steril bisa masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan infeksi.
3. Bisa menyebabkan luka trauma di mulut rahim yang diakibatkan adanya infeksi
Mewaspadai tiga hal tersebut, Dr. Li Yuan pun menyarankan sebaiknya pasangan menunggu hingga haid wanita selesai. Setelah wanita sudah 'bersih', barulah pasangan tersebut bisa melakukan hubungan seks seperti biasa.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Dr. Andri Wanananda. Anggota Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) itu mengungkapkan saat haid terjadi pelepasan lapisan dalam dinding rahim (uterus) untuk kemudian diganti dengan lapisan baru.
"Prosesnya disertai dengan keluarnya 35 ml darah & 35 ml cairan serosa. Hal ini menunjukkan ada pembuluh darah yang terbuka," tulisnya dalam halaman konsultasinya untuk detikHealth.
Ketika bercinta saat wanita sedang haid, gerakan-gerakan Mr. Happy ketika penetrasi ke Miss V bisa memicu masuknya gelembung udara ke dalam pembuluh darah yang terbuka. "Dikhawatirkan terjadinya emboli, yaitu gelembung udara yang terbawa aliran darah dan bila menyumbat pembuluh darah sekitar jantung akan fatal akibatnya," tulisnya lagi.
Dr. Andri menyarankan untuk menyalurkan gairah yang meningkat saat haid, pasangan bisa melakukan penetrasi Mr. Happy tanpa ke dalam Miss. V. Misalnya dengan sentuhan manual, bibir atau lidah pasangan pada zona-zona erotik.
Jumat, 18 November 2011
Kamis, 03 November 2011
Menyusui Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi
Satu lagi hasil penelitian tentang manfaat menyusui dirilis. Berdasarkan penelitian yang dimuat di American Journal of Epidemiology edisi ternayar, para ibu yang menyusui dalam kurun waktu yang disarankan (6 - 12 bulan) memiliki risiko lebih rendah terkena tekanan darah tinggi di kemudian hari.
Penelitian, bagaimanapun, tidak menyimpulkan bahwa menyusui adalah alasan untuk menciptakan tekanan darah yang sehat. Tapi mereka menambah bukti bahwa menyusui mungkin memiliki manfaat tidak hanya bagi bayi, tapi untuk ibu juga.
Secara umum, para ahli merekomendasikan bahwa bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama mereka, kemudian terus mendapatkan ASI bersama dengan makanan padat sampai mereka berusia satu tahun.
Menyusui bermanfaat melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit umum tertentu, seperti diare dan infeksi telinga bagian tengah. Tapi ada juga beberapa bukti bahwa menyusui dapat menurunkan risiko ibu dari beberapa masalah kesehatan.
Studi telah menemukan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko rendah terkena diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung di kemudian hari - meskipun tidak satupun dari mereka mampu membuktikan hubungan sebab-akibat kedua faktor itu.
Untuk studi baru, peneliti melihat korelasi antara pemberian ASI dan kemudian risiko tekanan darah tinggi. Penelitian ini melibatkan relawan 56 ribu perempuan AS yang memiliki setidaknya satu bayi.
Secara keseluruhan, studi menemukan, wanita yang telah menyusui selama setidaknya enam bulan kurang baru akan mengembangkan tekanan darah tinggi 14 tahun lebih lama ketimbang ibu yang bayinya meminum susu botol.
Hampir 8.900 wanita yang berpartisipasi dalam penelitian secara keseluruhan akhirnya didiagnosa dengan tekanan darah tinggi. Tetapi 22 persen lebih tinggi bagi perempuan yang tidak menyusui anak pertama mereka, dibandingkan wanita yang menyusui secara eksklusif selama enam bulan.
Namun, harus dilihat pula faktor-faktor seperti kebiasaan diet, olahraga, dan merokok.
Tidak ada temuan membuktikan bahwa pemberian ASI memberikan perlindungan jangka panjang terhadap tekanan darah tinggi, kata ketua peneliti, Dr Alison M Stuebe, dari University of North Carolina, Chapel Hill.
"Adalah masuk akal bahwa menyusui memiliki manfaat langsung," kata Stuebe. Penelitian atas hewan telah menemukan bahwa hormon oksitosin, yang terlibat dalam menyusui, memiliki efek langsung pada tekanan darah.
"Perempuan juga cenderung memiliki penurunan tekanan darah jangka pendek segera setelah menyusui," tambah Stuebe.
http://shintiastory.blogspot.com
Pencernaan Anda Terganggu? Mungkin Anda Stres
Ternyata stres dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti irritable bowel syndrome (IBS), gangguan yang menyebabkan nyeri perut, sembelit dan diare.
Ilmuwan mengklaim orang yang sering mengalami trauma psikologis semasa hidup mereka lebih mungkin untuk mengalami IBS. Trauma dalam hal ini contohnya kematian orang yang dicintai, bercerai, pengalaman bencana atau kecelakaan mobil.
"Selain itu 50 persen pasien dengan IBS, diketahui juga pernah mengalami pelecehan seksual" jelas salah satu peneliti Yuri Saito Loftus, dari Mayo Clinic di Rochester, Minn.
Menurut Yuri ini adalah penelitian pertama yang melihat bagaimana bentuk trauma bisa mempengaruhi tingkat seseorang terserang IBS.
Penyebab pasti dari IBS tidak diketahui, namun para peneliti menduga bahwa saraf dan otot yang mengontrol usus yang terganggu. Sementara keadaan stres pasca trauma terlalu berlebihan mengaktifkan saraf yang menghubungkan otak dan usus, menyebabkan masalah usus yang berat.
Yuri dan rekan-rekannya pun melakukan survei pada 2.623 orang tentang jumlah dan jenis peristiwa traumatik yang mereka alami dalam hidup mereka. Peserta dengan IBS pun melaporkan mengalami trauma lebih parah.
http://shintiastory.blogspot.com
Rabu, 02 November 2011
Cara Cepat Menghilangkan Stres di Kantor
Beban kerja, kesibukan atau seabrek masalah di kantor tak jarang membuat kita dilanda stres. Namun semua itu bisa diatasi, asal tahu caranya.
Jangan sampai stres yang melanda justru membuat kinerja Anda menurun. Ada beberapa cara untuk menghilangkan stres yang dirasakan di kantor. Ini dia!
1. Tarik nafas panjang
Cara ini adalah cara paling mudah untuk menenangkan diri. Telah banyak penelitian yang membuktikan, menarik nafas panjang dapat membuat aliran darah serta oksigen di otak kembali teratur. Sehingga saat menarik nafas panjang, seseorang akan merasakan kenyamanan dan rasa rileks. Berhentilah sejenak dari pekerjaan, lalu tariklah nafas panjang selama 5-10 menit. Anda akan merasa lebih tenang, dan stres yang melanda akan mereda.
2. Bergerak
Beranjaklah dari kursi Anda, lalu berjalan-jalanlah sejenak. Jika memungkinkan, keluarlah dari gedung kantor sesaat untuk menikmati terpaan angin dan sinar matahari. Bergerak akan membantu otot-otot Anda yang kaku menjadi lebih santai dan rileks. Hal itu juga bisa membantu menghilangkan stres.
3. Tertawa
Tertawa bisa merangsang hormon endorfin atau lebih dikenal dengan hormon "bahagia". Dengan tertawa, segala beban Anda akan terasa lebih ringan. Melihat video lucu, membaca buku humor atau bersenda gurau sesaat dengan rekan kerja dapat menjadi pilihan Anda.
4. Gunakan sandal jepit
Ini terkesan sederhana, namun dengan sedikit bergaya santai, Anda akan merasa lebih tenang. Tak perlu memakai sandal jepit dari rumah, cukup ganti sepatu Anda dengan sandal yang telah Anda sediakan di kantor. Anda akan merasa lebih rileks.
5. Ganti suasana
Jika memungkinkan, coba minta izin dengan atasan Anda untuk bekerja dari tempat lain. Misalnya kedai kopi yang nyaman. Suasana yang berbeda akan membuat pikiran Anda lebih terbuka.
Selamat mencoba!
Jangan sampai stres yang melanda justru membuat kinerja Anda menurun. Ada beberapa cara untuk menghilangkan stres yang dirasakan di kantor. Ini dia!
1. Tarik nafas panjang
Cara ini adalah cara paling mudah untuk menenangkan diri. Telah banyak penelitian yang membuktikan, menarik nafas panjang dapat membuat aliran darah serta oksigen di otak kembali teratur. Sehingga saat menarik nafas panjang, seseorang akan merasakan kenyamanan dan rasa rileks. Berhentilah sejenak dari pekerjaan, lalu tariklah nafas panjang selama 5-10 menit. Anda akan merasa lebih tenang, dan stres yang melanda akan mereda.
2. Bergerak
Beranjaklah dari kursi Anda, lalu berjalan-jalanlah sejenak. Jika memungkinkan, keluarlah dari gedung kantor sesaat untuk menikmati terpaan angin dan sinar matahari. Bergerak akan membantu otot-otot Anda yang kaku menjadi lebih santai dan rileks. Hal itu juga bisa membantu menghilangkan stres.
3. Tertawa
Tertawa bisa merangsang hormon endorfin atau lebih dikenal dengan hormon "bahagia". Dengan tertawa, segala beban Anda akan terasa lebih ringan. Melihat video lucu, membaca buku humor atau bersenda gurau sesaat dengan rekan kerja dapat menjadi pilihan Anda.
4. Gunakan sandal jepit
Ini terkesan sederhana, namun dengan sedikit bergaya santai, Anda akan merasa lebih tenang. Tak perlu memakai sandal jepit dari rumah, cukup ganti sepatu Anda dengan sandal yang telah Anda sediakan di kantor. Anda akan merasa lebih rileks.
5. Ganti suasana
Jika memungkinkan, coba minta izin dengan atasan Anda untuk bekerja dari tempat lain. Misalnya kedai kopi yang nyaman. Suasana yang berbeda akan membuat pikiran Anda lebih terbuka.
Selamat mencoba!
http://shintiastory.blogsppot.com
Bentuk Kaki Aneh? Waspadai Diabetes
Memiliki bentuk kaki yang tak biasa? Jika iya, sebaiknya segera mewaspadai kemungkinan terkena diabetes.
"Kaki bisa dijadikan patokan untuk deteksi dini serangan diabetes. Jari bengkok, penonjolan tulang, telapak kaki datar bisa menjadi parameternya,'' ujar Staf Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam, dr Em Yunir Sp PD KEMD, pada seminar ''Jangan Abaikan Kelainan Kaki Diabetik! Lakukan Deteksi Dini''.
Parameter lainnya adalah kaki penuh mata ikan dan luka. Kelainan akibat diabetes pun ditandai dengan penebalan (kalus) pada kulit, rambut, permukaan telapak kaki, dan kuku. Tanda lainnya yaitu pembengkakan deformitas, mobilitas gerak sendi, warna serta jaringan nekrosis.
Diabetes menyebabkan kulit kaki kering dan mudah mengelupas. Sama halnya dengan kuku kaki yang terlalu tebal atau terlalu rapuh.
''Pemeriksaan diabetes juga bisa dilakukan pada sela jari kaki. Apabila sela jari kaki banyak luka, penderita wajib mewaspadai diabetes,'' katanya.
Pemeriksaan kaki penderita diabetes (diabetisi) harus dilakukan secara menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan dengan penelusuran riwayat penyakit diabetes, pemeriksaan kelainan kulit, adanya gangguan pembuluh darah pada tungkai, dan ada tidaknya gangguan saraf (neuropati).
Diabetisi dianjurkan tidak berjalan tanpa alas kaki, menghindari penggunaan bahan kimia atau benda tajam untuk menipiskan penebalan pada telapak kaki, merokok, menggunakan cincin pada jari kaki, dan menggunakan high heel atau sepatu berujung runcing.
http://shintiastory.blogspot.com
Selasa, 01 November 2011
Ejakulasi Dini Pun Melanda Kaum Hawa
Sebuah penelitian menunjukkan tidak hanya kaum Adam yang mengalami ejakulasi dini, kaum hawa pun ternyata dilanda masalah seksual tersebut.
Dilansir Healthnews, penelitian yang dilakukan Hospital Magalhaes Lemos di Portugal menyebut sebanyak 40 persen dari 510 responden wanita Portugal menderita disfungsi ereksi. Sebanyak 3 persen di antaranya sudah mencapai tahap kritis.
Penelitian ini difokuskan pada pengisian kuesioner yang disebarkan pada wanita berusia antara 18 tahun hingga 45 tahun. Para responden umumnya kerap mengklaim mengalami ejakulasi dini.
"Ejakulasi dini pada perempuan lebih terkait karena masalah bosan, tapi kami berpikir masalah ini sama seriusnya dengan impoten yang dihadapi pria," ujar Serafim Carvalho, pimpinan dalam penelitian tersebut.
Seorang partisipan mengungkapkan perasaannya saat mengalami ejakulasi dini saat berhubungan dengan pasangannya.
"Pertama kali orgasme, aku merasa tidak nyaman untuk melanjutinya. Mood-ku berubah," ujar responden tersebut.
http://shintiastory.blogspot.com
Mengapa Anak Berperilaku Buruk?
Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada anak-anak usia dibawah lima tahun (balita). Namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD, hhhm bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya.
Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda.
Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun.
Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun.
"Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas I sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber.
Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.
Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.
Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik.
Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya.
http://shintiastory.blogsppot.com
Langganan:
Postingan (Atom)